Berdasarkan
dokumen proyek yang diperoleh dari sumber resmi, dana pengerjaan talut ini
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran
2025 dengan nilai kontrak sebesar Rp 5.312.750.000. Massa kerja yang telah
ditetapkan yakni selama 180 hari kalender.
Pekerjaan mencakup pembangunan talut penahan
tanah sepanjang ±40 meter, pengecoran bahu jalan, perkuatan pondasi di area
terdampak longsor, serta pekerjaan drainase sebagai upaya pencegahan erosi
susulan.
Pantauan
langsung di lokasi menunjukkan struktur talut beton bertulang hampir rampung,
sementara proses pengecoran bahu jalan dan penyelesaian drainase masih terus
berjalan sesuai spesifikasi teknis. Kondisi lapangan terlihat jauh lebih stabil
ketimbang beberapa bulan lalu, saat longsor menyebabkan gangguan serius pada
akses transportasi masyarakat.
Dikonfirmasi
secara langsung di ruang kerjanya, Kasatker Wilayah I BPJN Sulut, Ir Ringgo Radetyo ST MEng IPM ASEAN Eng, memberikan klarifikasi terkait
progres proyek tersebut. "Progresnya sudah sekitar 80 persen dan
ditargetkan selesai seluruhnya pada akhir Desember 2025,” jelas Ringgo.
Ia menambahkan bahwa seluruh pekerjaan
dilaksanakan berdasarkan standar spesifikasi teknis dan pedoman konstruksi
nasional. "Semua pekerjaan kami pastikan mengikuti standar teknik yang
berlaku. Kami terbuka terhadap setiap bentuk pengawasan publik. Jika ada pihak
yang ingin mengetahui detail teknis, silakan menghubungi kami langsung. Prinsip
kami adalah transparansi dan akuntabilitas,” tegasnya.
Meskipun
progres pekerjaan terpantau cepat dan sesuai jadwal, pengawasan publik tetap
menjadi aspek penting mengingat proyek dengan nilai lebih dari Rp 5 miliar ini
memiliki peranan strategis sebagai penghubung vital antarwilayah Kema–Rumbia.
Para pemerhati infrastruktur menilai bahwa mutu dan volume pekerjaan harus
dipastikan sesuai kontrak agar akses jalan yang pulih bisa menjadi contoh
konstruksi yang akuntabel dan berkualitas untuk wilayah Sulawesi Utara.
Jika semua
berjalan lancar sesuai target, ruas Jalan Kema–Rumbia diperkirakan akan kembali
aman dan fungsional penuh sebelum akhir tahun 2025, membawa manfaat besar bagi
masyarakat dan perekonomian setempat.


