IDNews.co, MINUT - Ketua Satgas penanganan Stunting Minut, Danny Lalamentik menilai, beberapa penyebab sebagai pemicu meningkatnya anak menderita stunting, antara lain akibat kelalaian orang tua tidak mengotrol anaknya di Posyandu, ketidak mampuan keluarga secara ekonomi.
Hal ini terungkap dalam mini lokakarya dilaksanakan tim Satgas penanganan stunting Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemkab Minut di Kecamatan Kema, Jumat (25/11/22).
"Sesuai data pengukuran bulan Februari 2022 di Kecamatan Kema berjumlah 26 anak. Setelah ditangani, 22 anak bisa keluar dari masalah ini. Kemudian pendataan bulan Agustus bertambah menjadi 30 anak. Penambahan stunting (kasus baru) terjadi akibat masalah keluarga dari segi ekonomi," beber Lalamentik.
Lalamentik mencontohkan faktor lingkungan seperti masalah sanitasi maupun drynase di Desa Kema III, namun tidak berdampak hanya 1 anak beresiko stunting. Sebaliknya, di Desa Tontalete masih di Kecamatan Kema justru pemicunya akibat masalah ekonomi.
"Penanganan stunting bantuan Dana Desa (Dandes) biasanya dibuatkan Dapur Sehat (Dapsat). Tempat ini lebih menyediakan makanan tambahan asupan gisi bagi anak-anak beresiko atau terdampak stunting. Kalau ada keluarga yang tidak mampu, harusnya datang ke Posyandu untuk mengontrol diri atau memeriksakan anak mereka," imbuhnya.
Lalamentik menambahkan, tujuan dilaksanakan mini lokakarya oleh DPPKB Minut di masing-masing Kecamatan dengan harapan para stakeholder yang ada di Kecamata ikut terlibat serta aktif membantu penanganan stunting. (*/marpol)